Home » , » Sejarah Presiden Pertama RI dan Sopir Bung Karno

Sejarah Presiden Pertama RI dan Sopir Bung Karno

Written By Rachmat.M.Flimban on Senin, 20 Mei 2013 | 13.09

Print Friendly and PDFPrint Friendly
Sopir Bung Karno itu bernama Arif....
Kategori: Sejarah Bung Karno


Sumber : http://totocalegpdip.blogspot.com

Pada tanggal tahun 1927, Bung Karno menulis di Soeloeh Indonesia dan berseru untuk menghentikan konflik antara kelompok Non Kooperasi (tidak mau bekerjasama dengan pemerintah hindia belanda) dan Ko (Kooperasi, mau bekerjasama dalam sistem kolonial dan masuk ke dalam Voolksrad). Bung Karno berkata : "Bukanlah sebuah soal bahwa kita harus terpecah, tapi soal dari segala soal adalah bagaimana kita bersatu". Dari Bandung ke Batavia (sekarang Djakarta). Bung Karno mondar-mandir untuk menyatukan beberapa kelompok yang terlibat konflik. Anak muda berumur 26 tahun itu begitu mempesona banyak orang pergerakan yang sudah senior-senior dan Bung Karno berhasil menyatukan mereka. Jong Tjelebes, Kaum Betawi, Pasundan, Serikat Sumatera, Sarekat Madura, Perserikatan Tjelebes, Kelompok Tirtajasa (Banten) tunduk di bawah Bung Karno dan mereka menyatakan 'Sukarno-lah pemimpin Indonesia'. Hal inilah yang membuat MH Thamrin terpesona. Jika ke Djakarta dipastikan Sukarno pasti ke rumah Thamrin di Gang Kenari dari sana dia diajak muter-muter oleh Thamrin ke tempat orang penting pergerakan untuk membangun jaringan koneksi perjuangan.

Tapi namanya orang pergerakan mana pernah Bung Karno pegang duit banyak, seperti kebanyakan arek Surabaya lainnya modal Bung Karno nekat dan kemauan yang keras. Nah, yang sering bantu jika muter-muter ke Jakarta ini adalah Arif yang bekerja sebagai sopir taksi. Dia mangkalnya di depan stasiun Gambir. Nah, Bung Karno ini kalau dari bandung naik kereta dan turun di Gambir, awalnya ia kebetulan saja berjumpa dengan Arif dan ia minta dianterin ke Gang Kenari, Keramat. Arif langsung bilang "Wah, Gang Kenari tempatnya Babe Thamrin?" Bung Karno menjawab dengan logat sunda "Betul..sekali"....sambil tertawa.

Bung Karno ini orangnya seneng ngobrol dan salah satu kepandaiannya adalah bercerita dan mengorek informasi tentang keadaan lawan bicaranya, ia senang dengan sejarah orang per orang yang dikenalnya dan akan selalu ingat sampai kapanpun, Bung Karno menanyakan keadaan arif dan latar belakangnya .
Setelah Bung Karno mendengar kondisi susah keluarganya Arif, Bung Karno menoleh ke Arief "Kamu tau" kata Bung Karno sambil tangannya nunjuk-nunjuk. "Kita ini dijajah dan mustinya, kamu orang ini tidak susah" Arif menjawab "Wah, kalo susah sih emang udah nasibnye kite-kite orang Bang" Arif di awal perkenalannya dengan Bung Karno selalu memanggil dengan sapaan 'Bang'.

"Arif, sebuah bangsa diciptakan untuk jadi mandiri" kata Bung Karno. Arif nanya "Ape bise kita bang kayak orang belanda noh, terdidik dan makan enak di rumah gedongan" Bung Karno menjawab "Ya, bisa dan itu harus, arif...harus...kerna lu tau tanah ini milik kita" Kata Bung Karno dengan menggunakan dialek Betawi. Banyak orang yang mungkin tidak tau bahwa Bung Karno ini suka bicara dengan dialek Betawi, lu..lu ..gue..gue. "Milik kite pegimane Bang?". Kata Arif bingung. "Ya milik kita kerna lu punya nenek moyang nyang babat tuh hutan, tapi nyang makan Belande Gile.." Kata Bung Karno berapi-api. Sampai di rumah MH Thamrin Bung Karno masih semangat aja ceritanya. Dan lebih dari lima tahun Bung Karno berlangganan taksi dengan si Arif ini.

Seperti yang diketahui salah satu karakter khas Bung Karno adalah dia nggak doyan pegang duit banyak. Ini kebiasaan dari muda. Di kepalanya cuman isinya gimana memerdekakan bangsanya, membuat bangsanya menjadi terhormat, hal-hal detil kayak uang mana pernah nyantel di otak Bung Karno. Arif udah ngerti kebiasaan Bung Karno kalo udah ngeraba-raba dompet mukanya rada pucet nah berarti Bung Karno lagi nggak pegang duit "Wah, Rif kayaknye gue kehabisan duit" kata Bung Karno. Arif ketawa dan bilang terus terang "Udah kagak usah dipikirin bang, yang penting saya bisa jemput abang besok pagi". Arif merasa malu juga sama Bung Karno ini, sementara Bung Karno masih muda belia sudah sibuk ngurusin rakyatnya dan bertanggung jawab terhadap masa depan Bangsa Indonesia, ia masih enak-enakan cari rejeki buat makan. Arif seperti jutaan orang Indonesia lainnya mencintai Bung Karno tanpa reserve....

Akhir minggu Bung Karno dijemput Arif di Gambir. Dan seperti biasanya, Bung Karno selalu bercanda dan tertawa terus-terusan sepanjang perjalanan. Bung Karno senang bercerita banyak hal, mulai dari kelakuan belanda yang dikerjain sama dia sampai dengan lelucon-lelucon tentang teman-temannya, dan juga Bung Karno ngeledekin Arif dulu" Arif selalu kepingkel-pingkel kalau denger Bung Karno cerita. Nah, pada 1 Agustus 1933 Arif ke Gang Kenari jemput Bung Karno untuk dianter ke Lapangan Gambir. Tapi ia melihat rumah MH Thamrin lagi banyak orang, Arif ketemu salah seorang keluarga Thamrin dia nanya "Mana Bang Karno?" orang itu menyahut "Semalem rumah ini digerebek Polisi, Bung Karno ditahan kayaknye sih langsung dijeblosin ke penjare" kata orang itu. Si Arif langsung tersedak, ia menahan air matanya yang mau keluar. "Nggak nyangke si abang nih, kemaren masi becande-becande eh, nih pagi udah di penjare, gimana nasibnye ye" pikir si Arif.

Tiap pagi si Arif nyari koran untuk cari tau Bung Karno. Hari demi hari, bulan demi bulan, Arif mengikuti perkembangan Bung Karno. Ia sambangin tukang koran buat cari tau berita tentang sohibnya ini. Arif meneteskan air mata saat ia melihat foto Bung Karno sedang berjalan di tepi galangan kapal Surabaya untuk diberangkatkan ke Surabaya. "Saya sedih banget, si abang mau digelandang ke pulau luar Jawa, pegimane nasibnye" kenang Arif suatu saat.

Suatu saat tak lama setelah Djepang masuk dan Belanda kalang kabut meninggalkan Indonesia di satu malam . Tiba-tiba di depan pintu rumah Arif ada orang ngetuk akhir tahun 1942. "Rif..Rif...bangun lu" Si Arif bangun ngucek-ngucek mata dan ia terbelalak saat melihat Bung Karno di depannya. "Ha, Bang...si Abang dah balik" Si Arif nyiumin Tangan Bung Karno. "Rif, nih duit utang gue dulu..sama ini lu jadi sopir pribadi gue ya" kata Bung Karno dengan gayanya yang udah agak lain, maklum dia baru dibeliin jas sama Anwar Tjokroaminoto di Pasar Baru. Arif mengangguk. "Baik bang...ane entar ke tempat abang, dimane abang tinggal? masi di Bandung?" Bung Karno dengan nada gagah membalas "Pegangsaan dong Rif, rumah orang gedongan" kata Bung Karno sambil menepuk-nepuk pundak Arif. Dan Arif jadilah sopir Bung Karno.

Di Jaman Jepang bensin dibatesin, cuman si Arif nih nekat. Ia sering nyuri bensin dari perwira Djepang buat diisiin ke mobil Bung Karno, resikonya tentu mati kalo ketahuan. Tapi Arif kagak mau kalo Bung Karno susah mau ketemu-temu orang. Setelah merdeka Arif selalu ngikutin Bung Karno. Waktu awal-awal Indonesia merdeka Bung Karno kalo tidur selalu ngumpet di kolong tempat tidur, begitu juga Fatmawati dan Guntur. Bung Karno selalu berpindah-pindah rumah. Bung Karno ini salah satu sasaran target penculikan paling penting pasukan penjajah. Pernah suatu saat kamar Bung Karno kena berondong peluru nyasar. Arif yang bersihkan selongsong peluru itu. Ia tau Bung Karno sedang berjuang demi bangsanya, supaya anak cucu arief ke depan bisa menjadi orang makmur dan terhormat.

Waktu Bung Karno ke Yogya, Arif ikut. Saat Bung Karno ditangkep pasukan Van Langen Arif nangis sesenggukan di kap mobil Bung Karno. Arif sendiri yang jemput Bung Karno bulan Desember 1949 di Bandara Kemayoran saat jutaan rakyat Djakarta menyemut untuk menyambut Bung Karno dan Bung Karno berpidato dengan kebanggaan sebuah bangsa : "saudara-saudaraku tukang becak!, Saudara-saudaraku Tukang Sayur, Saudara-saudaraku Pegawai kecil....Kita sudah Merdeka!!..." dan Arif menangis, ia ingat anak muda yang dulu sering kehabisan uang, anak muda yang dulu berani menatap tembok penjara demi bangsanya. Berdiri dengan gagah bersama jutaan rakyat menjadi bangsa terhormat.

Arif ikut Bung Karno lama, selain Arif ada Saro'i. Arif biasanya nyetirin buat Bung Karno dan Saro'i untuk keluarga Bung Karno macem Guntur. Suatu saat Bung karno lagi duduk di beranda istana sambil baca buku. Arif dateng ia merasa tidak mampu lagi nyetir, "dah umur kata Arif" Bung Karno nanya "Rif, lu pensiun tapi lu mau apa?" biasalah cita-cita tertinggi orang Betawi dan merupakan kemuliaan hidup seorang muslim adalah naik haji. Arif bilang "Naik haji" Bung Karno langsung menjabat tangan Arif dan memerintahkan agar ia segera naik haji.

Jalan seorang Pahlawan bukanlah jalan yang sunyi, bukan jalan yang senyap ia jalan yang ramai, yang didukung banyak orang yang mencintai sang Pahlawan. Arif adalah salah satu gambaran bagaimana seorang pemimpin tidak pernah melupakan jasa seseorang, walaupun dia orang kecil. Dan Bung Karno selalu menempatkan orang pada kemanusiaannya pada posisi yang terhormat. Itulah manusia yang berjiwa besar. Dari Bung Karno kita banyak belajar..............


Artikel : Pusat Selada Raya

Add to Google Reader or Homepage Add to Google Reader or Homepage

KUNJUNGI KAMI DI FACEBOOK Twitter
Kunjungi Situs 4 Muskim
PERUMNAS I SELADA RAYA Dan TUNTUNAN ISLAM




Dapatkan posting terbaru kami,
Dengan berlangganan situs ini via e-mail, - silahkan kirime-mail anda pada kolom dibawah, .


Delivered by FeedBurner
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

W A R N I N G !
Komentar anda tidak mengandung unsur:
1. Penghinaan atau pelecehan.
2. Spamming (spam comment).
3. Link aktif atau text anchor dan sejenisnya.

Tulislah setiap kata dengan penuh makna kesopanan.
Salam sejahtera by Central Selada Raya
and have a nice day...

Wikipedia

Hasil penelusuran

Iklan Anda



 
Support : Selada Raya | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. CENTRAL SELADA RAYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger