Bung Karno dan Haji Iskak
Dulu saya punya tetangga namanya Haji Iskak, dia orang betawi asli. Yang paling dibanggakannya adalah selalu memamerkan peci haji hadiah dari Bung Karno. Dulu awal tahun 1950-an Pak Iskak (saat itu dia belum naik haji) suka berjualan buah-buahan ke dekat Harmoni. Suatu saat dia lihat Bung Karno lagi santai di depan Istana Negara. Haji Iskak minta ijin bicara dengan Bung Karno kepada Komandan Kawal DKP (Detasemen Kawal Presiden). - Lalu komandan DKP lapor ke Bung Karno. "Pak, ada orang mau ketemu"
"Siapa?" tanya Bung Karno.
"Ndak tau Pak, Rakyat Biasa" kata Komandan.
Bung Karno tertawa dan menyuruh masuk Haji Iskak. Bung Karno menyapa dengan hangat lalu bertanya : "Jualan apa?"
"Ini beh, jualan belimbing" kata Pak Iskak
"Wah, gede-gede ya Belimbingnya...sudah saya beli ini"
Pak Iskak tertawa dan minta doa supaya dagangannya laris. Bung Karno berdoa sebentar di depan pikulan Pak Iskak, ia mengangkat tangannya dan mulutnya komat-kamit. Bung Karno berkata "laris...laris...laris" pak Iskak senengnya bukan main didoakan Bung Karno.
Rakyat kecil dengan logika pikiran-pikiran sederhana, dibaca Sukarno dengan bahasa yang mereka mengerti juga. Tapi Sukarno memimpin tidak dengan pencitraan, ia memimpin dengan substansi, Sukarno tau apa yang ada di dalam benak rakyat itu, karena itu perjuangannya, karena pusat dari segala pikirannya. Pak Iskak pun diajak ngobrol, selang setengah jam kemudian Pak Iskak pamit tapi Bung Karno menyuruh Pak Iskak tunggu sebentar lalu ia masuk ke dalam Istana dan keluar kembali, ditangannya ia membawa peci dan sarung. Dua benda yang kemudian jadi barang keramat bagi Pak Iskak, sebuah kenang-kenangan terindah.
Bukan dengan Pak Iskak saja Bung Karno bicara. Ia suka berbicara dengan orang biasa, ia suka melakukan incognito, tapi sayang suaranya terlalu didengar rakyatnya. Suatu saat Bung Karno jalan-jalan ke Pasar Induk, ia turun sendiri mengontrol harga-harga di pasar, ia ingin tau kehidupan rakyatnya. Saat bertanya-tanya, beberapa orang mengenali "Itu suara Bapak....Itu suara Bapak" kontan saja ratusan orang menyemut mengitari Bung Karno. Mereka bersorak-sorak, Bung Karno memang selalu menemui kegembiraan di depan rakyatnya.
Bung Karno paling senang bertanya ini itu pada rakyatnya. Ia berpikir bagaimana Indonesia bisa menjadi bangsa besar, ia berpikiran raksasa, ia tau bahwa hakikat kehidupan manusia harus dibangun dari dasarnya, apa dasarnya : -Kehormatan-.
Kehormatan adalah salah satu dasar paling penting "Peradaban Sukarno". Disini bangsa dibangun, manusia dibentuk dari karakter paling dasarnya, manusia digembleng menjadi amat berbudaya, Negara diarahkan menjadi sumber kekayaan yang bisa menjadikan rakyat Indonesia sejahtera. "Gemah Ripah Loh Jinawi, cukup pandang, cukup sandang"...........
Mimpi-mimpi Sukarno adalah mimpi peradaban besar, sayang sekali Indonesia yang dibangun dengan begitu agung dan mulia-nya dirusak oleh pemimpin-pemimpin Manusia Kardus, mereka menganggap lebih hebat dari rakyatnya, mereka menganggap lebih mulia dari rakyatnya, mereka menganggap harus dilayani oleh rakyatnya, bahkan mereka berhak membohongi rakyatnya dengan berpihak pada modal asing. Padahal apalah artinya Investasi Asing bila tidak menyejahterakan rakyat.
Bung Karno menganggap rakyatnya adalah segala-galanya, ia bisa menangis bila mengingat rakyat Indonesia, baginya Indonesia adalah tempat dimana ia jatuh cinta, jatuh cinta berkali-kali....bila ada yang menyakiti dan membunuhi rakyat Indonesia, maka Bung Karno akan menangis dalam kuburnya, air matanya akan membentuk alam yang mendung, alam yang marah dan alam yang tak bersahabat.
Tengoklah Bung Karno, pemimpin yang mencintai rakyatnya dan rasa cintanya itu ia bayar dengan masuk penjara, air mata, kesepian, sakit dan mati-nya............ — bersama Andreas Khadafi Kuskus dan 48 lainnya.
Copied and Posted by : Rachmat Machmud Flimban
ikuti kami di Facebook
"Ndak tau Pak, Rakyat Biasa" kata Komandan.
Bung Karno tertawa dan menyuruh masuk Haji Iskak. Bung Karno menyapa dengan hangat lalu bertanya : "Jualan apa?"
"Ini beh, jualan belimbing" kata Pak Iskak
"Wah, gede-gede ya Belimbingnya...sudah saya beli ini"
Pak Iskak tertawa dan minta doa supaya dagangannya laris. Bung Karno berdoa sebentar di depan pikulan Pak Iskak, ia mengangkat tangannya dan mulutnya komat-kamit. Bung Karno berkata "laris...laris...laris" pak Iskak senengnya bukan main didoakan Bung Karno.
Rakyat kecil dengan logika pikiran-pikiran sederhana, dibaca Sukarno dengan bahasa yang mereka mengerti juga. Tapi Sukarno memimpin tidak dengan pencitraan, ia memimpin dengan substansi, Sukarno tau apa yang ada di dalam benak rakyat itu, karena itu perjuangannya, karena pusat dari segala pikirannya. Pak Iskak pun diajak ngobrol, selang setengah jam kemudian Pak Iskak pamit tapi Bung Karno menyuruh Pak Iskak tunggu sebentar lalu ia masuk ke dalam Istana dan keluar kembali, ditangannya ia membawa peci dan sarung. Dua benda yang kemudian jadi barang keramat bagi Pak Iskak, sebuah kenang-kenangan terindah.
Bukan dengan Pak Iskak saja Bung Karno bicara. Ia suka berbicara dengan orang biasa, ia suka melakukan incognito, tapi sayang suaranya terlalu didengar rakyatnya. Suatu saat Bung Karno jalan-jalan ke Pasar Induk, ia turun sendiri mengontrol harga-harga di pasar, ia ingin tau kehidupan rakyatnya. Saat bertanya-tanya, beberapa orang mengenali "Itu suara Bapak....Itu suara Bapak" kontan saja ratusan orang menyemut mengitari Bung Karno. Mereka bersorak-sorak, Bung Karno memang selalu menemui kegembiraan di depan rakyatnya.
Bung Karno paling senang bertanya ini itu pada rakyatnya. Ia berpikir bagaimana Indonesia bisa menjadi bangsa besar, ia berpikiran raksasa, ia tau bahwa hakikat kehidupan manusia harus dibangun dari dasarnya, apa dasarnya : -Kehormatan-.
Kehormatan adalah salah satu dasar paling penting "Peradaban Sukarno". Disini bangsa dibangun, manusia dibentuk dari karakter paling dasarnya, manusia digembleng menjadi amat berbudaya, Negara diarahkan menjadi sumber kekayaan yang bisa menjadikan rakyat Indonesia sejahtera. "Gemah Ripah Loh Jinawi, cukup pandang, cukup sandang"...........
Mimpi-mimpi Sukarno adalah mimpi peradaban besar, sayang sekali Indonesia yang dibangun dengan begitu agung dan mulia-nya dirusak oleh pemimpin-pemimpin Manusia Kardus, mereka menganggap lebih hebat dari rakyatnya, mereka menganggap lebih mulia dari rakyatnya, mereka menganggap harus dilayani oleh rakyatnya, bahkan mereka berhak membohongi rakyatnya dengan berpihak pada modal asing. Padahal apalah artinya Investasi Asing bila tidak menyejahterakan rakyat.
Bung Karno menganggap rakyatnya adalah segala-galanya, ia bisa menangis bila mengingat rakyat Indonesia, baginya Indonesia adalah tempat dimana ia jatuh cinta, jatuh cinta berkali-kali....bila ada yang menyakiti dan membunuhi rakyat Indonesia, maka Bung Karno akan menangis dalam kuburnya, air matanya akan membentuk alam yang mendung, alam yang marah dan alam yang tak bersahabat.
Tengoklah Bung Karno, pemimpin yang mencintai rakyatnya dan rasa cintanya itu ia bayar dengan masuk penjara, air mata, kesepian, sakit dan mati-nya............ — bersama Andreas Khadafi Kuskus dan 48 lainnya.
Copied and Posted by : Rachmat Machmud Flimban
ikuti kami di Facebook
0 comments:
Posting Komentar
W A R N I N G !
Komentar anda tidak mengandung unsur:
1. Penghinaan atau pelecehan.
2. Spamming (spam comment).
3. Link aktif atau text anchor dan sejenisnya.
Tulislah setiap kata dengan penuh makna kesopanan.
Salam sejahtera by Central Selada Raya
and have a nice day...