Home » , » Rieke Diah Pitaloka, antara Politik dan Hari Ibu

Rieke Diah Pitaloka, antara Politik dan Hari Ibu

Written By Rachmat.M.Flimban on Minggu, 23 Desember 2012 | 04.45

Print Friendly and PDFPrint Friendly

Rieke Diah Pitaloka, antara Politik dan Hari Ibu

oleh Aswin Nugraha


Liputan6.com, Jakarta : Hari Ibu.. Di Indonesia, sejarahnya diawali saat pejuang wanita menggelar Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Dalem Jayadipuranyang (sekarang Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional), Yogyakarta.

Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota se-Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut? Salah satunya adalah pembentukan Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Kongres Perempuan Indonesia I dianggap sebagai salah satu momen penting perjuangan kaum Hawa Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul menyatukan pikiran demi memperjuangkan kemerdekaan dan perbaikan nasib wanita.

Seiring perjuangan itu, penetapan 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada 1938. Selanjutnya, Presiden Soekarno memantapkannya melalui Dekrit Presiden Nomor 316 (1959).

Bicara Hari Ibu dan perjuangan wanita tentu tak lepas dengan adanya sosok wanita di Rumah Rakyat. Ini adalah contoh pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa.

Sosok tersebut ada di dalam jiwa Rieke Diah Pitaloka, mantan selebriti yang kini menduduki kursi Komisi IX DPR. Bagi Rieke, perjuangannya menjadi penyampai aspirasi wanita dan masyarakat, berubah setelah ia menjadi ibu.

"Ketika saya menjadi ibu, maka saya melihat politik dengan kacamata yang berbeda. Ada persoalan-persoalan masyarakat yang langsung bisa saya rasakan. Mungkin itu yang disebut dengan perspektif gender," ujar Rieke saat ditemui Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.

Bagi calon gubernur Jawa Barat 2013 ini, mengaku selalu menganalogikan pemerintahan dengan sosok ibu. "Nggak ada ibu yang membiarkan anaknya kelaparan. Seorang ibu akan mati-matian biar perut anaknya terisi. Ibu itu pemerintah, anak itu rakyat," tegasnya.

Demikian pula soal kesehatan. Kelahiran 8 Januari 1974 ini punya prinsip yang diakuinya begitu sederhana. "Anak saya itu kesehatannya ditanggung oleh pemerintah yang uangnya dari rakyat. Masa kalau anak saya sehat, masyarakat nggak sehat?" kata ibu tiga anak itu.(ASW/DES)

Copied and Posted by : Rachmat Machmud Flimban
TEMUKAN KAMI DI FACEBOOK KUMPULAN PANDUAN ISLAM


Silahkan Masukkan Alamat Email untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada Artikel yang terbit.


Delivered by FeedBurner
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

W A R N I N G !
Komentar anda tidak mengandung unsur:
1. Penghinaan atau pelecehan.
2. Spamming (spam comment).
3. Link aktif atau text anchor dan sejenisnya.

Tulislah setiap kata dengan penuh makna kesopanan.
Salam sejahtera by Central Selada Raya
and have a nice day...

Wikipedia

Hasil penelusuran

Iklan Anda



 
Support : Selada Raya | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. CENTRAL SELADA RAYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger