Tujuh Syekh di Kampung Qur'an Tangerang
Diposting Rabu, 26-12-2012 | 11:39:50 WIB
Sumber : http://www.voa-islam.com/islamia
TANGERANG, muslimdaily.net - ''Jamaah, tolong doakan saya, agar Allah
memberi kesempatan 10 detik saja tubuh saya bisa bergerak normal sehingga saya
bisa bersujud kepada-Nya,'' pinta Syekh Ammar Haitsam Bugis di Daarul Qur'an,
Ketapang, Tangerang, Selasa, 25/12.
Permohonan itu diterjemahkan Ustadz Slamet Ibnu Syam selaku sohibul
bayt (tuan rumah), yang mendampingi tujuh syekh asal Timur Tengah di
Kampung Qur’an dari Saudi, Yaman, Syiria, dan Irak. Mereka hadir untuk berbagi
ilmu qiro’at Qur’an, pengalaman menghafal Kitabullah, dan menyuntikkan motivasi
bagi segenap keluarga besar Kampung Qur’an.
Ustad Yusuf Mansyur dorong kursi roda Syekh
Ammar Bugis
Kehadiran mereka disambut segenap pimpinan Yayasan Daarul Qur’an
Indonesia dan PPPA Daarul Qur’an, serta ratusan jamaah dari Aceh sampai Papua.
Ammar Bugis, masih berdarah Makassar. Ia lahir di Amerika Serikat,
22 Oktober 1986. Nama Bugis diambil dari nama kakek buyutnya yang berasal dari
Sulawesi, Syekh Abdul Muthalib Bugis. Beliau hijrah dari Sulawesi ke Mekah dan
mengajar Tafsir di Masjidil Haram.
Syekh Ammar lumpuh total sejak 2 bulan, hanya mata dan mulutnya
yang masih berfungsi, walau nada bicaranya agak tidak jelas. Itu semua tak
mengurangi semangatnya untuk hidup dan berarti.
Dengan pendidikan homeschooling, Ammar sudah hafal 30
juz Qur'an sejak usia 13 tahun dalam waktu 2 tahun saja. Ia lulus dari Jurusan
Jurnalistik King Abdul Aziz University. Menjadi wartawan olahraga Harian Al
Madinah yang terbit di Jeddah, dan kolumnis Harian Ukaz terbitan Riyadh.
Ammar juga menjadi dosen di Universitas Dubai sambil meneruskan
pendidikan S-2 di sana atas beasiswa Pangeran Uni Emirat Arab, Hamdan bin
Muhammad bin Rasyid Al Maktum Al Fazza.
Kakak lelaki Ammar, Hasan Bugis, tubuhnya normal, seorang pilot
Saudi Airline. Sedang adiknya, perempuan, yang juga lumpuh seperti Ammar,
adalah seorang dokter.
Selain untuk sujud, 10 detik yang dipinta Ammar Haitsam Bugis juga
akan dimanfaatkan untuk membuka mushaf Al Qur'an yang belum pernah dapat
dilakukannya sendiri.
Banyak diantara ratusan jamaah menangis terharu mendengar
permintaan Syekh Ammar. Termasuk Ustadz Yusuf Mansur yang berada di sebelahnya.
Kepada Pendiri Daarul Qur’an, Syekh Ammar menyatakan ingin
memasukkan anaknya, Yusuf (14), ke Ponpes Daarul Qur’an Ketapang. ‘’Pondok
Pesantren Tahfidz Qur’an adalah pendidikan untuk meraih dunia-akhirat,’’ tandas
Syekh Ammar, yang menuliskan perjuangan hidupnya dalam buku berjudul
"Qohir Al Mustahil" (Penakluk Kemustahilan).
Dalam taushiyahnya Ustadz Yusuf Mansur menegaskan, fenomena Syekh
Ammar menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. ‘’Namun pikiran
dan perasaan kita sendiri yang suka memustahilkan diri kita. Akhirnya itu jadi
do’a buat kita sendiri,’’ katanya.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT menyatakan bahwa ‘’Aku ini
sebagaimana prasangka hamba-Ku.’’ Artinya, Allah akan ‘’menuruti’’ persangkaan
pikiran dan perasaan manusia akan takdirnya sendiri.
Ustadz Yusuf mencontohkan, banyak orang merasa mustahil bisa naik
haji karena kondisinya miskin atau banyak utang. Akibatnya, ya mustahil beneran.
Padahal, dengan bersandar pada Allah Yang Maha Kuasa, kemiskinan dan utang
bukan hambatan untuk ke Tanah Suci.
Turut memeriahkan silaturahim tersebut, penampilan para santri
Daarul Qur’an dalam defile drumband, atraksi senam Daqu, koor hymne
dan mars Daqu, serta muhadhoroh (pidato) dwilingual Arab-Inggris.
Acara diakhiri jelang waktu dhuhur dengan menyaksikan bersama
pemasangan tiang pancang sebagai peresmian dimulainya pembangunan Masjid Daarul
Qur’an.
Copied and Posted by : Rachmat Machmud Flimban
ikuti kami di Facebook
Nice Info please visit us About History
BalasHapus